Cara Efektif Mengatasi BAB Berdarah!

Jangan Khawatir, Ini Cara Efektif Mengatasi BAB Berdarah!

Jangan Khawatir, Ini Cara Efektif Mengatasi BAB Berdarah!

Melihat darah di toilet atau tisu setelah buang air besar (BAB) memang bisa membuat siapa saja panik. Wajar, sih, karena pemandangan ini jelas bukan sesuatu yang biasa. Tapi, sebelum pikiranmu melayang ke skenario terburuk, tarik napas dalam-dalam dan tenang dulu. BAB berdarah tidak selalu berarti sesuatu yang serius, dan banyak kasusnya bisa diatasi dengan langkah-langkah sederhana. Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas apa itu BAB berdarah, apa saja penyebabnya, bagaimana cara mengatasinya, kapan perlu ke dokter, serta tips untuk mencegahnya. Yuk, simak penjelasannya dengan gaya santai tapi tetap informatif!

Apa Itu BAB Berdarah?

BAB berdarah adalah kondisi ketika kamu menemukan darah di tinja, tisu toilet, atau air di kloset setelah BAB. Warna darahnya bisa bervariasi—merah terang, merah gelap, atau bahkan kehitaman—tergantung dari mana asalnya dan apa penyebabnya. Menurut Cleveland Clinic, BAB berdarah bisa dipicu oleh masalah ringan seperti wasir, tapi juga bisa menjadi tanda kondisi yang lebih serius seperti kanker usus. Meski begitu, jangan langsung panik. Kebanyakan kasus BAB berdarah tidak mengancam jiwa dan bisa ditangani dengan baik.

Penyebab Umum BAB Berdarah

Sebelum buru-buru khawatir, penting untuk memahami apa yang mungkin menyebabkan BAB berdarah. Salah satu penyebab paling umum adalah wasir, atau yang sering disebut hemoroid. Wasir terjadi ketika pembuluh darah di sekitar anus atau rektum membengkak, biasanya karena sembelit, kebiasaan duduk terlalu lama, atau tekanan berlebih saat BAB. Kondisi ini sering disertai rasa gatal, nyeri, dan darah merah terang yang muncul di tinja atau tisu.

Selain wasir, fisura ani juga sering menjadi penyebab. Ini adalah robekan kecil di lapisan anus, yang biasanya terjadi karena tinja yang keras atau diare yang berlangsung lama. Darah dari fisura ani biasanya terlihat merah terang dan sering hanya muncul di tisu toilet. Sembelit sendiri juga bisa memicu perdarahan, karena tinja keras bisa melukai saluran anus, apalagi kalau sudah memperparah wasir atau fisura ani.

Kondisi lain seperti infeksi atau peradangan di saluran cerna juga perlu diwaspadai. Misalnya, penyakit seperti kolitis ulserativa atau penyakit Crohn bisa menyebabkan peradangan di usus, yang kadang disertai perdarahan. Infeksi bakteri di saluran cerna juga bisa memicu gejala serupa. Meski lebih jarang, polip usus atau kanker usus besar juga bisa menyebabkan BAB berdarah. Biasanya, kondisi ini disertai gejala lain seperti perubahan pola BAB atau penurunan berat badan tanpa sebab jelas.

Jangan lupa, divertikulitis juga bisa menjadi penyebab. Ini adalah kondisi ketika kantong kecil di dinding usus, yang disebut divertikula, terinfeksi atau berdarah. Selain itu, ada juga kasus di mana obat-obatan seperti aspirin atau makanan tertentu seperti bit bisa mengubah warna tinja, membuatnya tampak seperti berdarah, padahal sebenarnya tidak.

Gejala yang Perlu Diperhatikan

Selain darah di tinja, ada baiknya kamu memperhatikan gejala lain yang mungkin menyertai. Misalnya, apakah kamu merasa nyeri saat BAB? Atau mungkin pola BAB-mu berubah, seperti diare atau sembelit yang tidak kunjung usai? Penurunan berat badan tanpa sebab, demam, atau rasa lelah berlebihan juga bisa menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang perlu diperiksa lebih lanjut. Jika gejala-gejala ini muncul, jangan tunda untuk berkonsultasi ke dokter. Pemeriksaan seperti kolonoskopi atau tes darah bisa membantu menentukan penyebab pastinya.

Cara Mengatasi BAB Berdarah

Mengatasi BAB berdarah tergantung pada apa yang menjadi penyebabnya, tapi ada beberapa langkah yang bisa kamu coba. Jika wasir adalah masalahnya, kamu bisa mulai dengan menggunakan krim atau salep yang mengandung hidrokortison atau witch hazel, seperti Preparation H, yang banyak tersedia di apotek. Mandi air hangat, atau yang sering disebut sitz bath, juga sangat membantu. Cukup rendam area anus dalam air hangat selama 15-20 menit, dua atau tiga kali sehari, untuk meredakan peradangan. Yang tak kalah penting, hindari mengejan saat BAB, karena ini bisa memperburuk wasir.

Untuk fisura ani, langkahnya sedikit berbeda. Pelembut tinja, seperti laktulosa yang diresepkan dokter, bisa membantu membuat BAB lebih mudah dan mengurangi tekanan pada robekan. Dokter juga mungkin meresepkan krim nitrates, seperti nitroglycerin, untuk meningkatkan aliran darah dan mempercepat penyembuhan. Selain itu, hindari penggunaan sabun keras di area anus. Lebih baik gunakan tisu basah atau bilas dengan air untuk mencegah iritasi.

Sembelit juga perlu ditangani agar BAB berdarah tidak berulang. Salah satu cara terbaik adalah meningkatkan asupan serat. Makanan seperti apel, pir, brokoli, bayam, oat, atau chia seed sangat baik untuk melancarkan pencernaan. Menurut Harvard Health, idealnya kamu mengonsumsi 25-30 gram serat setiap hari. Jangan lupa minum cukup air, setidaknya 2-3 liter per hari, agar tinja tetap lunak. Aktivitas fisik seperti jalan kaki atau yoga juga bisa membantu menjaga saluran cerna tetap aktif.

Jika BAB berdarah berlangsung lebih dari tiga hari, terasa sangat nyeri, atau kamu punya riwayat keluarga dengan kanker usus, segera konsultasikan ke dokter. Dokter mungkin akan merekomendasikan kolonoskopi untuk memeriksa kondisi usus, tes darah untuk mendeteksi anemia atau infeksi, atau obat khusus seperti antibiotik untuk infeksi atau obat anti-inflamasi untuk penyakit radang usus.

Perubahan gaya hidup juga sangat penting. Cobalah untuk tidak duduk terlalu lama—berdiri atau jalan sebentar setiap 30 menit jika pekerjaanmu banyak duduk. Kurangi konsumsi alkohol dan makanan Ops, makanan pedas juga bisa memperburuk iritasi saluran cerna, jadi sebaiknya dikurangi. Menjaga berat badan ideal juga penting, karena obesitas bisa meningkatkan risiko wasir dan masalah pencernaan lainnya.

Kapan Harus ke Dokter?

Meskipun banyak kasus BAB berdarah tergolong ringan, ada beberapa tanda bahaya yang tidak boleh diabaikan. Jika darah yang keluar cukup banyak, tinja berwarna hitam pekat, atau kamu mengalami nyeri perut hebat disertai demam, segera ke dokter. Riwayat keluarga dengan kanker usus atau penyakit radang usus juga menjadi alasan untuk lebih waspada. Jika gejala berlangsung lebih dari seminggu meski sudah diobati, dokter spesialis gastroenterologi bisa membantu dengan diagnosis dan pengobatan yang lebih tepat.

Tips Mencegah BAB Berdarah

Mencegah BAB berdarah jauh lebih mudah daripada mengobatinya. Mulailah dengan menjaga pola makan seimbang yang kaya serat dan probiotik, seperti yogurt atau tempe, sambil mengurangi makanan olahan. Skrining usus, seperti kolonoskopi, sangat disarankan mulai usia 45 tahun, terutama jika ada riwayat keluarga dengan masalah usus. Jaga kebersihan area anus dengan menggunakan tisu basah atau bidet untuk mengurangi iritasi. Yang tak kalah penting, atur pola BAB dengan tidak menunda-nunda saat merasa mulas, karena kebiasaan ini bisa memicu sembelit.

Mitos dan Fakta tentang BAB Berdarah

Ada banyak mitos seputar BAB berdarah yang perlu diluruskan. Banyak yang mengira BAB berdarah selalu tanda kanker, padahal faktanya, kebanyakan kasus disebabkan oleh wasir atau fisura ani. Ada juga anggapan bahwa makanan pedas adalah penyebab utama, tapi sebenarnya makanan pedas hanya bisa memperburuk gejala, bukan memicu perdarahan. Selain itu, meskipun beberapa kasus ringan bisa sembuh sendiri, gejala yang berulang atau terus-menerus tetap perlu diperiksa dokter untuk memastikan tidak ada masalah serius.

Referensi

  1. Cleveland Clinic. (2023). Blood in Stool: Causes, Diagnosis, and Treatment. Diakses dari https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/14612-blood-in-the-stool.
  2. Harvard Health Publishing. (2022). The Benefits of Dietary Fiber. Diakses dari https://www.health.harvard.edu/nutrition/the-benefits-of-dietary-fiber.
  3. Mayo Clinic. (2024). Hemorrhoids: Symptoms and Causes. Diakses dari https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hemorrhoids/symptoms-causes/syc-20360268.
  4. Kementerian Kesehatan RI. (2021). Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Pencernaan. Diakses dari https://www.kemkes.go.id.
  5. American College of Gastroenterology. (2023). Colorectal Cancer Screening Guidelines. Diakses dari https://gi.org/topics/colorectal-cancer/.

Catatan: Artikel ini hanya untuk informasi umum. Konsultasikan dengan dokter untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.